Sepenggal Cerita Danau Laut Tingga

 Sepenggal cerita Danau laut Tingga yang berjudul Paku dan Pakis
 



Paku dan Pakis
Simpang Lolo adalah satu dari sekian banyak desa di Pasaman Barat
Yang dulunya amat terkenal dan populer di kalangan masyarakat
Kurang lebih 25 Km dari pasar Paraman
Pada tahun 70 an desa ini menampung ratusan kepala rumah tangga
Kala itu adem ayem dan tentram dengan di pimpin kepala desa Alm. Dt Rajo Tan Porang yang akrap di panggil Opung Rajo.

Desa ini terletak di ujung Sumatera Barat tepatnya di Kabupaten Pasaman Barat Kec. Gunung Tuleh Nagari Rabijonggor Paraman Ampalu
Karena berbatasan langsung dengan sumatera utara, menjadikan desa ini menganut budaya batak/mandailing lebih tepatnya.
Tapi yang unik ketika ada acara adat atau pesta dan segala macamnya masyarakat tetap nengibarkan bendera marawa
Tepat di depan sopo (rumah adat mandailing) marawa itu terpajang indah, sungguh pemandangan yang unik luar biasa.

Kini Desa Simpang Lolo tinggal kenangan, kala itu penduduk di landa musibah.
Telah terjadi bencana alam, banjir bandang memporak porandakan desa tersebut. Akibatnya sebagian besar penduduk mikrasi ke kampung terdekat.
Ada yang pindah ke sitabu, paraman dan juga ujung gading
Kini tinggal satu keluarga yang menetap dan bertahan di sana yakni ompung rajo dan istrinya
Karena memiliki rasa cinta yang teramat dalam sang veteran itu memutuskan tetap tinggal walaupun sendirian

Sekitar 7 bulan yang silam terakhir saya berkunjung kesana
Walaupun kampung itu sudah menjadi hutan rimba, tidak mngubah kultur desa yang begitu ramah.
Kala itu sepulang melakukan perjalanan xpdc dari danau laut tinggal rombongan kami mampir di sana.
Dalam perjalanan menuju desa banyak di temukan tumbuh - tumbuhan yang bermanfaat dan bisa di buat sayur untuk gulai
Salah satu contohnya adalah paku
Sambil berjalan mengitari sungai yang begitu deras kami banyak sekali menemukan tumbuhan paku atau pakis tersebut
Kami memetik tumbuhan itu di sepanjang jalur yang kami tempuh

Sesampainya di kediaman ompung rajo, pakis/paku ini kami serahkan kepada nenek.
Nenek adalah istri Rajo Tan Porang (opung).
Seperti yang terlihat pada gambar, begitu ceria senyum sang nenek kala itu.
Malam ini kami makan besar gulai paku roncah urare na di sale, (gulai paku dan ikan urare sejenis nila yang hidupnya di air tawar yang deras).
Hidup rukun dalam keluarga itu adalah mimpi setiap manusia.

Cerita ini masih panjang,
Lain waktu kita sambung.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Legenda Puti Sangka Bulan

Marronggeng di Utara Pasaman Barat

Cerita Dibalik Pendakian Gunung Singgalang